Senin, 16 Maret 2009

Menulis membuat jadi egois!!!!

Membuat tulisan seperti artikel yg bru saja siang kmrn asih baca diintisari edisi desember 08.... subhanallah
Gaya magnetnya bgtu besar sehingga pembaca mau menyerahkan seluruh jiwanya untuk membaca hingga amati diksi kata dan pendapatnya yang tajam disertai analisis yang sangat kuat....semakin meyakinkan pembaca untuk mau berpihak sama penulisnya..Ahh itulah media..itulah tulisan...dan sekali lagi itulah ilmu...
Lisanku sempet terlontar waktu diperpus....cita-citaku mau jadi salah satu penulis national geograpic.. mimpi atau hayalan atau harapan ya...sp th suatu saat menjadi sebuah kenyataan ...amin (ha...ha barangkali itu yg akan membawaku tour ke negri impianku yaitu Mesir am Arab..).
Memang tulisan hadir...g akan jauh2 dari apa isi otak sang penulis dan ga akan jauh pula dri kondisi hati sang penulis...tulisan memang tak mengenal munafik...Tak ada yang berpura-pura dalam peperangan pena, yg ada hanyalah sufi yg suci dengan originilitas kemurnian karyanya.Dia bisa merekam sisi2 ilmu kehidupan sehingga hadir tulisan yang menggugah dan membawa ruh pembaca hadir sepenuhnya untuk membaca tulisan itu..
Membaca dan menulis sangat berbanding lurus, g mungkin menjadi seorang penulis kalo dia belum jadi korban julukan ’kutu buku’ dalam hidupnya. Ahh memang menulis itu indah...Tp sy terbersit pikiran kalo menulis membuat kita jadi egois, percaya ga?egois dengan pikiran kita, egois dengan ap yg kita lihat ,yang kt rasakan,yg kta tafsirkan,yg kt sampekan aplagi tipe tulisan yang berbasic diary tingkat opurtinitas dan keegoisan sangat tinggi sekali. Kenapa bs seperti itu?Menulis membawa alam bawah sadar kita seakan hidup dan memaksa realita pancaindra kita untuk mengiyakanya. Pikiran kita mendesak karya itu hadir. Walau memang ap yang kita tuliskan adalah sebuah kepekaan akan rasa sosial kita yang tinggi. Tapi saya meyakini saat proses menulis itu berlangsung ato saat ketikan jari kita dikeybord, egoisitas kita begitu memuncak.Belenggu pikiran dan ide memonitorik syaraf kita, sehingga merangsang attitude untuk bersikap egois” hanya mikiran diri sendiri”. Peperangan realitas dan idealita menyerbu kita dalam lintasan pikiran ide yang ingin kita golkan. Kebijakan upgrade diri dengan tulisan muncul saat karya telah tertuntaskan. Saat itu klimaks egoistas kita butuh sebuah pengakuan diri. Proses yang berpijak pada egoisitas kita, tapi mampu memagnetisasi daerah sekitar sehingga munculah garis gaya pikir karena hipnotisasi ide.
Proses awalan saat menangkap ide dalam simcard otak, itu juga sudah melewati egoisitas yang hanya memakai kacamata sendiri. Pasti sang penulis akan mencri tahu sejuta hal yg berhubungan dengan alm bawah sadar yg berhubungan dengan ideny. Nah saat itu mulai menanjak porsi egoisitasnya....
Tapi sungguh tetaplah pertahankan egoisitas itu...karena dengan egois proses menulis itu dapat terselesaikan :D...entah stigma positif ato negatif akhir dari garis gaya pikir pembaca akan ending karya kita.Sekali lagi iman tersier setelah hati, ilmu dalam proses menulis menurt sy yg ketiga adalah egois(terserah antum menafsirkanya)

Tidak ada komentar: